Riuhnya gemerlap arus globalisasi
membuat manusia lupa akan jati dirinya. Jika kita dilahirkan di bumi pertiwi
ini, sudah sepantasnya kita mengabdi padanya. Ini zaman modern, mengabdikan
diri pada bangsa ini tidak lagi dengan mengangkat senjata. Abdi masa seperti
itu melainkan zaman para pejuang kita tercinta. Sebagai manusia yang menyandang
gelar pemuda, apakah kita tahu bagaimana cara mengisi kemerdekaan ini? Jika kita
menyandang gelar sebagai pelajar, kewajiban kita adalah belajar. Berbicara
mengenai pelajar tidak hanya terpaku pada banyangan untuk duduk dan mengenyam
pendidikan saat KBM. Sekarang, belajar dapat berupa kegiatan positif yang
membawa kita pada gerbang potensi diri. Ekstrakulikuler merupakan armada yang
akan membawa kita pada pengenalan jati diri. Remaja merupakan masa pancaroba dalam
mengenali jati diri. SMAN 1 Tunjungan adalah salah satu sekolah yang peduli terhadap
potensi jati diri siswanya. Bagaimana tidak? Di Smantunj ini mewajibkan
muridnya untuk memilih ekstra yang mereka sukai / sesuai kemampuan pada diri
mereka. Tujuannya bukan untuk memperpadat jam belajar mereka, melainkan ingin
menggali potensi yang ada pada dirinya. Ekstrakulikuler
sebagai sarana untuk mendapat benih–benih baru. Memang benar jika kita
menyebut hal tersebut. Saat lomba di adakan pasti membutuhkan benih baru yang
sesuai dengan porsi yang di butuhkan. Misalnya, terdapat lomba, FLS2N tari,debat bahasa inggris, LKTI,
dan lainya. Jika tidak ada kegiatan ekstra pasti pendidik kesulitan untuk
mendapatkanya. Tetapi dengan adanya ekstra hal tersebut dapat diatasi. Sebagai
contoh, lomba FLS2N tari diambil dari ekstra tari, LKTI ( Lomba Karya Tulis Ilmiah
) diambil dari ekstra KIR, lomba drama diambil dari ekstra drama. Hal tersebut
membuktikan bahwa adanya ekstra akan membawa dampak positif bagi semua orang. “
Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak pernah
menjadi pernah.” Kalimat tersebut merupakan jargon umum dari ekstra. Pelajar
yang semula diambil sebelah mata, akan dapat membuka mata semua orang. Mereka
aktif dalam ekstra dan mengikutinya dengan baik. Awalnya ada yang tidak tahu
cara menulis KIR, cara menjadi pemain drama yang baik dan masih banyak lagi.
Tetapi seiring berjalannya waktu, mereka bisa mengikutinya. Siapa sangka jika
dahulu mereka dipandang sebelah mata, sekarang menjadi di segani dalam hal positif.
Siapa bisa mengira mereka yang tidak pernah mengikuti lomba, sekarang menjadi
punya segudang prestasi membanggakan. Menjadi seorang yang membanggakan tidak
harus dengan duduk di kursi mercy dengan menghadap
berkas penting. Belum tentu mereka petinggi negeri memiliki jiwa cinta bumi
pertiwi. Tapi, kita sebagai generasi muda yang manjadi ujung tombak dan estafet
bangsa harus berjuang. Kenali jati diri kita dengan jiwa positif. Hal tersebut
dapat membangun karakter baik yang akan terpaku di hati. Dengan memanfaatkan
ekstra, kita bisa mengukir prestasi untuk diri sendiri dan orang lain. Menjadi
pejuang bangsa tidak harus mewakili nama besar bangsa. Tapi dengan membawa nama
baik diri sendiri dan sekolah, kelak kemudian hari diharap bisa mengharumkan
bangsa ini. Ekstrakulikuler tidak menjadi alasan untuk dihindari. Sekarang, banyak
pilihan ekstra di sekolah mulai dari cabang seni, bahasa, menulis dan lainya.
Semua dihadirkan guna kita ikuti dengan baik. Sesungguhnya, bangsa ini merindukan jati diri manusia –
manusia berkarakter baik. Oleh karena itu, mari kita abdikan diri dengan hal
positif yang membawa kita pada gerbang kemampuan.
Minggu, 04 September 2016
Home »
liputansiswa
» Extrakurikuler Sebagai Gerbang Mengenal Jati Diri Oleh Evita Nurul Suci XII IPS 1
0 komentar:
Posting Komentar